Pada artikel kali ini Konsep Koding akan sedikit berbagi mengenai Micro FrontEnd, mungkin kalian sebelumnya pernah mendengar mengenai Micro Services, nah pada kesempatan ini Konsep Koding akan mengulik lebih dekat mengenai Micro FronEnd.
Apa Itu Micro FrontEnd?
Arsitektur micro-frontend adalah pendekatan desain di mana aplikasi front-end didekomposisi menjadi “microapps” semi-independen yang bekerja secara longgar bersama-sama.
Kelebihan Micro FrontEnd
- Arsitektur mikro-frontend mungkin lebih sederhana, dan dengan demikian lebih mudah untuk dipikirkan dan dikelola.
- Tim pengembangan independen dapat berkolaborasi di aplikasi front-end dengan lebih mudah.
- Mereka dapat menyediakan sarana untuk bermigrasi dari aplikasi "lama" dengan menjalankan aplikasi "baru" secara berdampingan.
Contoh Kasus Micro FrontEnd
Misal kita membuat sebuah aplikasi e-comerce dimana aplikasi e-comerce tersebut memiliki fitur profil dan fitur order, nah fitur order dan profil itu menggunakan project yang berbeda dalam kata lain jika kita menggunakan JS Family maka akan memiliki package json sendiri dan memiliki struktur sendiri. Selain itu kita bisa menggunakan teknologi yang berbeda contoh React dengan Vue, namun dalam banyak kasus tetap menggunakan project yang sama, hanya saja project di pisah-pisah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
Kapan Menggunakan Micro FrontEnd
Micro FrontEnd sangat bagus digunakan jika sudah memiliki pekerja atau programmer yang mencapai ratusan atau lebih jika belum maka kurang bagus. Contoh kasus anda memiliki 3 Programmer 1 Untuk FrontEnd, 1 lagi untuk Backend dan satu lagi sebagai project manager, maka Micro FrontEnd sangat tidak di sarankan untuk kasus ini.
Kekurangan Micro FrontEnd
1. Ukuran Project Lebih Besar
2. Perawatan Yang Lebih Kompleks
3. Miss Koordinasi
Kesimpulan
Entah itu Micro FrontEnd atau Monolotic FrontEnd masing-masing memiliki kelebihan masing-masing, nah disini kita perlu memikirkan kapan saatnya menggunakan Micro FrontEnd dan kapan tidak menggunakannya.
Baca Juga
0 Comments